Bagaimana kabarmu Rawana ? Masih
ingatkah denganku ? Iya, aku Sinta. Masa
lalumu. Syukurlah kalau kamu masih ingat. Semoga kamu selalu dalam lindungan
Tuhan.
Rawana, semenjak aku dengar berita
tentang kamu yang sekarang, aku sedikit lega. Kamu sudah ada yang menemani ya ?
Syukurlah, kalau ada yang memerhatikan kamu (lagi) meskipun itu bukan aku. Aku
bahagia kok kalau kamu bahagia. Aku berdoa semoga kamu selalu bahagia lahir
batin, sehat, tetap ganteng. Hehehe.
Aku tahu sosok special kamu saat
ini siapa, dan aku tahu dia siapa. Meskipun aku tidak tahu dia secara
keseluruhan. Entah mengapa, day by day jawaban
dari pertanyaanku hampir terjawab semua. “Sinta, kamu kepo ya ?”. Tidak. Sungguh aku tidak sepenuhnya menghabiskan
waktuku untuk mencari tahu kabar kamu, Rawana. Namun, para tangan Tuhan lah
yang memberikanku jawaban itu. Tenang saja, mereka yang memberitahukanku itu
menandakan bahwa mereka peduli sama kamu. Maka dari itu, mereka memberi tahuku
agar aku bisa selalu ada dibalik layarmu. “Tidak ! Tidak mungkin aku campur
tangan”, jawabku tegas kepada mereka.
Ini bukan tentang aku dan kamu
lagi, Rawana. Namun, ini tentang kamu dan dia. Aku tidak mempunyai hak untuk
campur tangan dalam kehidupanmu itu. Aku tidak paham apa yang mereka pikirkan,
sehingga mereka memberitahuku kabarmu saat ini. Aku sudah melihat sebuah foto
kamu dengannya, bukan dari orang lain, tenang saja, ini aku dapat dari diri aku sendiri. Lagi-lagi
aku diberikan kesempatan oleh Tuhan untuk mengetahui keadaan kamu. Dan kamu
ternyata baik-baik saja.
Aku harap saat ini kamu tidak
dibutakan oleh cinta. Seperti yang kamu katakan kepadaku waktu dulu. Semoga
kamu ingat ya, Rawana. Semoga wanita itu sayang sama kamu tulus dari hatinya, apa
adanya bukan ada apanya, bisa menuntun kamu jadi pribadi yang lebih baik.
Karena aku masih sayang sama
kamu, jujur tidak ada rasa benci sedikit pun terhadapmu. Meskipun kamu telah
menyakitiku hingga detik ini. Aku hanya sedikit kecewa. Aku sakit Rawana, tapi
aku sama sekali tidak menunjukkan sikapku yang sesungguhnya hati aku sedang
menangis. Sesuai kata-kataku yang aku tulis melalu selembar kertas kusam yang
aku kirimkan untukmu. Aku akan selalu ceria, tersenyum, dan fokus menjalani
kegiatan-kegiatanku. Tanpa harus terbebani oleh kepergianmu. Masihkah kamu menyimpan surat kusam itu ? Jika iya, terimakasih telah menyimpannya. Jika tidak, mungkin menurutmu itu hanya sampah biasa. Yasudah, buang saja. :)
Rawana, aku masih tidak paham
mendengar berita tentang dia yang mungkin sekarang wanita special untukmu.
Mudah-mudahan itu hanya kabar yang tidak penting aku simpan. Semoga wanita itu
wanita baik-baik.
Aku kan selalu memelukmu dalam
doa. Terkadang disaat aku sesibuk apapun, aku selalu merasa perasaanku tidak enak
dan perasaan itu tertuju kepadamu, Rawana. Hasrat ingin mengirim pesan singkat
ke nomor ponselmu selalu aku tunda. Aku takut ini hanya perasaan berlebihan aku
dan mungkin juga kamu akan anggap aku sok tahu. Bebas. Itu pendapatmu. Terserah
kamu mau bilang aku wanita yang lebay atau
apa lah. Asal kamu tahu, saat aku merasakan hal tidak enak itu aku berbisik kepada
Tuhan dan mengucapkan doa untukmu. Semoga tidak terjadi apa-apa denganmu.
Pesan aku, jangan lupa untuk
melaksanakan kewajibanmu kepada Tuhan sebagai umat-Nya, jaga Ibu dan adik-adikmu
saat Ayahmu sedang tidak ada di rumah. Meskipun aku bukan orang special kamu lagi,
aku mohon kamu baca surat ini dan resapi kata-kata yang tersurat dan tersirat
dari surat ini. Tidak ada maksud lain aku menulis surat ini. Aku hanya ingin
mengingatkan kamu saja tidak lebih. Saat ini kita hanya teman biasa bukan ?
Tidak seperti dulu. Mustahil, bila aku
kirim pesan singkat untuk menanyakan kabar kamu. Aku sangat menghargai perasaan
wanita yang sedang dekat denganmu. Maka dari itu aku menulis surat ini. Surat yang mungkin kamu anggap biasa ini. Namun, bagiku ini sangat berarti.......untukmu, suatu hari nanti.
Terimakasih telah meluangkan waktumu untuk membaca surat ini.
Sinta
No comments:
Post a Comment