6/30/2014

Kota Gudeg

Hi, readers !
Kali ini saya mau berbagi cerita tentang keindahan kota Yogyakarta.
Sudahkah anda berkunjung ke kota ini ? Jika sudah, besar kemungkinan anda merindukan tempat ini kembali. Hihihi

Yogyakarta atau Ngayogyakarta (Pakubuwono II) sering disebut sebagai kota pelajar karena berkaitan dengan sejarah dan peran kota ini dalam bidang pendidikan di Indonesia. Sebutan kota perjuangan juga merupakan salah satu predikat untuk kota ini berkaitan dengan peran kota Yogyakarta dalam konstelasi perjuangan bangsa Indonesia pada jaman kolonial Belanda, jaman penjajahan Jepang, maupun jaman memepertahankan kemerdekaan Republik Indonesia. Yogyakarta pernah menjadi pusat kerajaan Mataram. Predikat kota kebudayaan dan pariwisata pun tak luput diberikan untuk kota Gudeg ini. Sehubungan dengan adanya peninggalan-peninggalan budaya menjadikan kota ini memiliki daya tarik tersenderi terhadap wisatawan. Yogyakarta merupakan tujuan wisata kedua setelah Bali bagi wisatawan domestik maupun mancanegara. 

Disamping dengan predikat-predikat yang diberikan kepada kota ini, Yogyakarta juga memiliki hal menarik lainnya, yaitu nama daerah yang dimilikinya. Daerah Istimewa Yogyakarta, status Yogyakarta sebagai Daerah Istimewa ini berkaitan dengan sejarah kota Yogyakarta baik sebelum maupun sesudah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia.

Saya abadikan gambar saya saat saya dan teman2 saya berkunjung ke Daerah Istimewa Yogyakarta ini.

At Malioboro sebelum makan Gudeg


At KM 0

Ketemu anak ini, Icand. Kawan lama SMA saya hahaha. Thanks ya Cand...

Gak tau kenapa banyak yang bilang kalau ke Jogja wajib foto di sini. Saya sih ikut2an aja hahaha

Pantai Parangtritis

Pasca penghitaman kulit. Biar tambah eksotis. Gapapa deh~

Wah ini !! Girang banget nemu beginian hahaha. At Alun-alun Kidul Yogyakarta

At Keraton Yogyakarta

At Museum Kereta Keraton Yogyakarta

At Taman Sari

The cuttest one ! MONJALI. Taman Lampion. :))

Aaaaa ketemu Mickey Mouse di tempat se-romantis ini (Taman Lampion). Akhirnya bisa pacaran juga sama Mickey. HUG ! ~


Naruto yg bajunya kebalik *ups. Hehehe


Hallo ! Ibu Mega :)

Yak ! Itulah yang bisa saya sampaikan saat ini. Meskipun berkunjung ke kota ini udah ke sekian kalinya, namun saya tetap merasakan "greget"-nya kota Gudeg ini karena moment yang saya ambil berbeda-beda, dari mulai pergi bersama keluarga hingga teman-teman. Ohya kalau malem nih, sangat disarankan untuk makan di angkringan ! Walaupun orang tua saya sering bilang kalau makan di angkringan atau makan nasi kucing gitu gak kenyang tapi toh kan bisa nambah hahaha..

Terimakasih telah mampir.

Sekian~



5/21/2014

Rahajeng Galungan lan Kuningan

Om Swastyastu. Rahajeng Galungan lan Kuningan. Dumogi Ida Sang Hyang Widhi Wasa ngicenin karahayuan irage sareng sami. Om Shanti Shanti Shanti Om. :)
21 & 31 Mei 2014

5/01/2014

MAY DAY !

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgPSAJktJlb5fxu9Mck3-qufNdH4TQ_6hzCd3cH-bk0L0rNyJjbpYv5dfaAOohIy-U8E6A4S0h-Z7an8yrq4hCst_9Q0SgnGuq5KGOWC1P4Wetu3PGfLpJi6kfx3M4xp-ZBQQLut21bdxF1/s1600/MayDay+3.jpg
Internationally the First of May is known and celebrated as the workers’ holiday. In America, on the other hand, the First Monday in September is officially set aside as Labor Day, and those who insist, in the international spirit, on celebrating May Day are obliged to do so in defiance of the country’s established custom for the sake of greater harmony with the prole- tariat of the world. 

May Day faces the relationship of capital and labor in the Marxian spirit of the class struggle; Labor Day sticks to the hollow pretense of a brotherhood between capital and labor instilled through Samuel Gompers into the American Federation of Labor. 

May Day Born in the United States

The First International ceased to exist as an international organization in 1872, when its headquarters were removed from London to New York, although it was not officially disbanded till 1876. It was at the first congress of the reconstituted International, through the initiative of the delegate of the Socialist Labor Party of America to the International Socialist Congress held in Paris, France, in July, 1889, that May First was set aside as a day upon which the workers of the world, organized in their political parties and trade unions, were to fight for the important political demand: the 8-hour day. The Paris decision was influenced by a decision made at Chicago five years earlier by delegates of a young American labor organization – the Federation of Organized Trades and Labor Unions of the United States and Canada, later known under the abbreviated name, American Federation of Labor.
The prime object of the resolution was a proclamation to the capitalist world of the international solidarity of the working class. On this one day in the year the workers of all countries and climes, despite differences in customs, traditions and languages, could unite to demonstrate to the world that as members of the same class, the ex- ploited, the world proletariat, their interests were the same, and that like members of one family they stand united for the overthrow of world capitalism, and the establishment of an International Socialist Republic, a world of harmony, peace and freedom to all men.
Traditional May Day celebrations
May Day is related to the Celtic festival of Beltane and the Germanic festival of Walpurgis Night. May Day falls half a year from November 1 – another cross-quarter day which is also associated with various northern European paganisms and the year in the Northern Hemisphere – and it has traditionally been an occasion for popular and often raucous celebrations.
As Europe became Christianized, the pagan holidays lost their religious character and either changed into popular secular celebrations, as with May Day, or were merged with or replaced by new Christian holidays as with Christmas, Easter, and All Saint's Day. In the 20th and continuing into the 21st century, many neopagans began reconstructing the old traditions and celebrating May Day as a pagan religious festival again. Note that the source noted does not support any of the changes claimed by the previous statement. The only significant Christianization of May day is essentially localized to Germany where it is one of many historic days that were used to celebrate St. Walburga (the saint credited with bringing Christianity to Germany).
The Future Belongs to Communism
For the May Day, 1923, edition of the Weekly Worker, C. E. Ruthenberg wrote: "May Day – the day which inspires fear in the hearts of the capitalists and hope in the workers – the workers the world over – will find the Communist movement this year stronger in the U. S. than at any time in its history.... The road is clear for greater achievements, and in the United States as elsewhere in the world the future belongs to Communism." In a Weekly Worker of a generation before, Eugene V. Debs wrote in a May Day edition of the paper, published on April 27, 1907: "This is the first and only International Labor Day. It belongs to the working class and is dedicated to the Revolution."

The world is nearer to Communism today. We are living in a more advanced period now. Capitalism has swung downward and is progressively moving in that direction. The sharpness of its own contradictions is making its ability to carry on more difficult. The workers are growing in political consciousness and are engaged in a counter-offensive which is gaining in scope and depth. The oppressed colonial and semi-colonial peoples are rising and challenging the rule of imperialism.

In the Soviet Union the workers will review on May Day the phenomenal achievements of the building of Socialism. In the capitalist countries May Day will be as always a day of struggle for the immediate political demands of the working class, with the slogans of proletarian dictatorship and a Soviet Republic kept not far in the background.

Source : 
https://www.marxists.org/subject/mayday/articles/tracht.html
http://en.wikipedia.org/wiki/May_Day
mayday_vs_ld_omj.pdf

3/20/2014

SAJAK PULAU BALI

Oleh W.S. Rendra

Sebab percaya akan keampuhan  industri
dan yakin bisa memupuk modal nasional
dari kesenian dan keindahan alam,
maka Bali menjadi obyek pariwisata.

Betapapun :
tanpa basa-basi keyakinan seperti itu,
Bali harus dibuka untuk pariwisata.
Sebab :
pesawat-pesawat terbang jet sudah dibikin,
dan maskapai penerbangan harus berjalan.
Harus ada orang-orang untuk diangkut.
Harus diciptakan tempat tujuan untuk dijual.

Dan waktu senggang manusia,
serta masa berlibur untuk keluarga,
harus bisa direbut oleh maskapai
untuk diindustrikan.

Dan Bali,
dengan segenap kesenian,
kebudayaan, dan alamnya,
harus bisa diringkaskan,
untuk dibungkus dalam kertas kado,
dan disuguhkan pada pelancong.

Pesawat terbang jet di tepi rimba Brazilia,
di muka perkemahan kaum Badui,
di sisi mana pun yang tak terduga,
lebih mendadak dari mimpi,
merupakan kejutan kebudayaan.

Inilah satu kekuasaan baru.
Begitu cepat hingga kita terkesiap.
Begitu lihai sehingga kita terkesima.

Dan sementara kita bengong,
pesawat terbang jet yang muncul dari mimpi,
membawa bentuk kekuatan modalnya :
lapangan terbang. “hotel - bistik - dan - coca cola”,
jalan raya, dan para pelancong.

“Oh, look, honey - dear !
Lihat orang-orang pribumi itu!
Mereka memanjat pohon kelapa seperti kera.
Fantastic ! Kita harus memotretnya !
................................

Awas ! Jangan dijabat tangannya !
senyum saja and say hello.
You see, tangannya kotor
Siapa tahu ada telor cacing di situ.
…………………….

My God, alangkah murninya mereka.
Ia tidak menutupi teteknya !
Look, John, ini benar-benar tetek.
Lihat yang ini ! O, sempurna !
Mereka bebas dan spontan.
Aku ingin seperti mereka…..
Eh, maksudku…..
Okey ! Okey !….Ini hanya pengandaian saja.
Aku tahu kamu melarang aku tanpa beha.
Look, now, John, jangan cemberut !
Berdirilah di sampingnya,
aku potret di sini.
Ah ! Fabolous !”

Dan Bank Dunia
selalu tertarik membantu negara miskin
untuk membuat proyek raksasa.
Artinya : yang 90 % dari bahannya harus diimpor.

Dan kemajuan kita
adalah kemajuan budak
atau kemajuan penyalur dan pemakai.

Maka di Bali
hotel-hotel pribumi bangkrut
digencet oleh packaged tour.

Kebudayaan rakyat ternoda
digencet standar dagang internasional.


Tari-tarian bukan lagi satu mantra,
tetapi hanya sekedar tontonan hiburan.
Pahatan dan ukiran  bukan lagi ungkapan jiwa,
tetapi hanya sekedar kerajinan tangan.


Hidup dikuasai kehendak manusia,
tanpa menyimak jalannya alam.
Kekuasaan kemauan manusia,
yang dilembagakan dengan kuat,
tidak mengacuhkan naluri ginjal,
hati, empedu, sungai, dan hutan.
Di Bali :
pantai, gunung, tempat tidur dan pura,
telah dicemarkan
 
 
Pejambon, 23 Juni 1977.
Potret Pembangunan dalam Puisi

MENCINTAI

Kahlil Gibran

Bukanlah bagaimana kamu melupakan,
melainkan bagaimana kamu memaafkan

Bukanlah bagaimana kamu mendengarkan,
melainkan bagaimana kamu mengerti

Bukanlah apa yang kamu lihat,
melainkan apa yang kamu rasakan

Bukanlah bagaimana kamu melepaskan
melainkan bagaimana kamu bertahan

Lebih berbahaya mencucurkan air mata dalam hati dibandingkan menangis tersedu-sedu
Air mata yang keluar dapat dihapus

Sementara air mata yang tersembunyi menggoreskan luka yang tidak akan pernah hilang

Akan tiba saatnya di mana kamu harus berhenti mencintai seseorang
Bukan karena orang itu berhenti mencintai kita
Melainkan karena kita menyadari bahwa orang itu akan lebih berbahagia,
apabila kita melepaskannya.


Apabila kamu benar-benar mencintai seseorang,
jangan lepaskan dia.
Jangan percaya bahwa melepaskan selalu berarti kamu benar-benar mencintai
Melainkan berjuanglah demi cintamu

Itulah cinta sejati
Lebih baik menunggu orang yang kamu inginkan
Daripada berjalan bersama orang 'yang tersedia'
Lebih baik menunggu orang yang kamu cintai
Daripada orang yang berada di sekelilingmu
Lebih baik menunggu orang yang tepat,
karena hidup ini terlalu singkat untuk dibuang hanya dengan 'seseorang' 

CINTA YANG AGUNG ...

Kahlil Gibran

... adalah ketika kamu menitikkan air mata dan masih peduli terhadapnya
... adalah ketika dia tidak mempedulikanmu dan kamu masih menunggunya dengan setia
... adalah ketika dia mulai mencintai orang lain dan kamu masih bisa tersenyum sembari berkata
‘Aku turut berbahagia untukmu’

Apabila cinta tidak berhasil…bebaskan dirimu…
Biarkan hatimu kembali melebarkan sayapnya dan terbang ke alam bebas lagi ..
Ingatlah…bahwa kamu mungkin menemukan cinta dan kehilangannya..

Tapi, ketika cinta itu mati, kamu tidak perlu mati bersamanya…
Orang terkuat bukan mereka yang selalu menang,
melainkan mereka yang tetap tegar ketika mereka jatuh

Khalil Gibran 1

Kenapa kita menutup mata ketika kita tidur ?
Ketika kita menangis ?
Ketika kita membayangkan ?

Itu karena hal terindah di dunia tidak terlihat
Ketika kita menemukan seseorang yang keunikannya sejalan dengan kita,
kita bergabung dengannya dan jatuh kedalam suatu keanehan serupa yang
dinamakan cinta

Ada hal-hal yang tidak ingin kita lepaskan
Orang-orang yang tidak ingin kita tinggalkan
Tapi ingatlah melepaskan bukan akhir dari dunia
Melainkan awal suatu kehidupan baru

Kebahagiaan ada untuk mereka yang menangis,
mereka yang tersakiti,
mereka yang telah mencari dan mereka yang telah mencoba

Karena mereka-lah yang bisa menghargai betapa pentingnya orang yang telah
menyentuh kehidupan mereka

MIMPI

Kahlil Gibran

Kala malam datang dan rasa kantuk membentangkan selimutnya di wajah bumi, aku bangun dan berjalan ke laut,  “Laut tidak pernah tidur, dan dalam keterjagaannya itu laut menjadi penghibur bagi jiwa yang terjaga.”,
Ketika aku sampai di pantai,
kabus dari gunung menjuntaikan kakinya seperti selembar jilbab yang menghiasi wajah seorang gadis.
Aku melihat ombak yang berdeburan. Aku mendengar puji-pujiannya kepada Tuhan
dan bermeditasi di atas kekuatan abadi yang tersembunyi di dalam ombak-ombak itu – kekuatan yang lari bersama angin, mendaki gunung, tersenyum lewat bibir sang mawar dan menyanyi dengan desiran air yang mengalir di parit-parit.

Lalu aku melihat tiga Putera Kegelapan duduk di atas sebongkah batu.
Aku menghampirinya seolah-olah ada kekuatan yang menarikku tanpa aku dapat melawannya.

Aku berhenti beberapa langkah dari Putera Kegelapan itu seakan-akan ada tenaga magis yang menahanku.
Saat itu, salah satunya berdiri dan dengan suara yang seolah berasal dari dalam laut ia berkata:
“Hidup tanpa cinta ibarat pohon yang tidak berbunga dan berbuah. Dan cinta tanpa keindahan seperti bunga tanpa aroma semerbak dan seperti buah tanpa biji. Hidup, cinta dan keindahan adalah tiga dalam satu, yang tidak dapat dipisahkan ataupun diubah.”

Putera kedua berkata dengan suara bergema seperti air terjun,
”Hidup tanpa berjuang seperti empat musim yang kehilangan musim bunganya. Dan perjuangan tanpa hak seperti padang pasir yang tandus. Hidup, perjuangan dan hak adalah tiga dalam satu yang tidak dapat dipisahkan ataupun diubah.”

Kemudian Putera ketiga membuka mulutnya seperti dentuman halilintar :

“Hidup tanpa kebebasan seperti tubuh tanpa jiwa, dan kebebasan tanpa akal seperti roh yang kebingungan.
Hidup, kebebasan dan akal adalah tiga dalam satu, abadi dan tidak pernah sirna.”


Selanjutnya ketiga-tiganya berdiri dan berkata dengan suara yang menggerunkan sekali:
Itulah anak-anak cinta,
Buah dari perjuangan,
Akibat dari kebebasan,
Tiga manifestasi Tuhan,
Dan Tuhan adalah ungkapan
dari alam yang bijaksana.


Saat itu diam melangut, hanya gemersik sayap-sayap yang tak nampak dan getaran tubuh-tubuh halus yang terus-menerus.

Aku menutup mata dan mendengar gema yang baru saja berlalu. 
Ketika aku membuka mataku, 
aku tidak lagi melihat Putera-Putera Kegelapan itu, 
hanya laut yang dipeluk halimunan.
Aku duduk, 
tidak memandang apa-apa pun kecuali asap dupa yang menggulung ke surga.

3/13/2014

Sejarah ISOLA

Gedung ISOLA

Perjalanan saya kali ini adalah mengunjungi salah satu ibukota terbesar di Indonesia, Bandung. Tujuan saya saat ini mengetahui keberadaan Gedung ISOLA yang konon gedung ini merupakan saksi bisu jaman penjajahan Belanda di Setiabudi, Bandung.

Letak gedung ini berada disekitar wilayah kampus Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) yang dahulu bernama IKIP (Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan). Terletak di sisi kiri menuju Lembang, Jl. Setiabudi.

Gedung ini memiliki gaya seni Art Deco, gaya hias yang lahir setelah Perang Dunia I dan berakhir sebelum Perang Dunia II. Villa ini dibangun pada tahun 1933 milik Dominique Williem Berretty, kemudia bangunan ini dijadikan tempat tinggal. Hingga akhirnya menjadi bagian Hotel Savoy Homann.

Pada masa kemerdekaan gedung ini pernah dipakai sebagai markas tentara Jepang. Hingga akhirnya dibeli oleh pemerintah Indonesia dan saat ini gedung ini dijadikan gedung rektorat kampus UPI, Bandung.


On Our Vacation, Bandung



With Andana




Khansa. The best partner travel ever








ISOLA
 Met old friends. At UPI Bandung



2/26/2014

2/14/2014

MELANGKAH !!

                                                                   Melangkah-Raisa



Oh...
Ku tak sendiri
Pancaran sinar mentari
menemani tiada henti

Oh...
dan tak ku sesali
Tlah ku lupakan dirimu
Tak mengapa, aku melangkah
Sendiri dapat kujalani ! :)