12/19/2013

Sayap-Sayap Patah



Dalam sepi. “Rawana, mungkinkah jika kau kembali ?”, ucap Sinta dalam hati.

Mungkin aku sedang melalui fase dimana aku harus bisa  merelakan kepergian sosok yang aku sayang. Kesabaranku sedang diuji, entah kesabaran untuk bisa benar-benar merelakan kepergian seseorang atau bersabar untuk menunggu kamu kembali. Jadi, begini ya rasanya kehilangan orang yang disayang. Sebenarnya kamu tidak hilang, wujudmu masih ada. Tapi wujud kamu yang dulu, aku tidak merasakannya lagi. Kamu masih ada, mungkin rasa yang sudah mati. Kamu yang sekarang bukan lagi kamu yang aku kenal. Berbeda. 

Sungguh, saat ini aku takut menghadapi ruangan yang sepi. Aku takut bayanganmu hadir disetiap sudut ruangan itu. Jangankan dalam sepi, dalam keramaian pun masih terdengar suara khasmu seakan berbisik ditelingaku dan hilang begitu saja terhempas oleh angin. 

Aku berusaha menyibukkan diri, hingga aku tidak peduli dengan tubuhku agar aku tidak memikirkanmu. Karena aku tahu kamu tidak akan pernah lagi memikirkan aku, terutama perasaanku. Setiap aku melakukan sesuatu terasa hampa karena sisi lain sayapku patah. Butuh usaha keras untuk membangkitkan tubuhku ini, agar aku dapat terbang bebas seperti aku belum mengenalmu lebih dalam. Terbang bebas ya ? Untuk mengangkat tubuhku saja aku tidak sanggup.

Malam pun tiba, saat-saat dimana aku harus kerja keras menahanmu agar tidak menghantuiku dalam heningnya malam. Aku jadi sering bersahabat dengan malam hingga dini hari, bahkan subuh pun pernah aku temani saat sisi lain sayapku hilang.

Sebenarnya ini hal yang sia-sia. Tetapi, aku melakukan ini bukan tanpa sebab. Aku menghindar mataku terpejam dan aku pergi ke alam bawah sadarku. Mimpi. Iya, aku takut bertemu denganmu dalam mimpi. Setelah kepergian sisi lain sayap itu, aku selalu mimpi buruk. Mengapa kamu selalu hadir dalam setiap episode mimpiku ? Dan itu terlihat nyata. Aku terbangun berusaha untuk memberikanmu kesempatan untuk pergi dari mimpiku. Nihil. Setiap aku melakukan itu, dan tertidur kembali, ditempat dan cerita yang berbeda, kamu selalu ada. Ada hal lain yang mebuatku takut selain aku menatapmu di mimpi, aku meihat kamu memegang tangan seorang wanita seolah-olah itu memberikan isyarat kepadaku, bahwa kamu sudah bersama wanita yang benar-benar kamu sayang. Selamat ya. Selamat telah berhasil menghantui ku dimanapun dan kapanpun. Aku moohon, kembalikan sayapku, Rawana. :")

No comments:

Post a Comment