2/14/2020

Mandatory Valentine's Day Post

From time to time, I've been learning how to share, 
how to love, how to care.
Since we met as two entities who wants to be one, 
I learned many things.


Thank you for sharing, loving and caring. 
Let's walk together until the rest of our life. 💕




Your smooshums,
TM ðŸ’•
Jakarta, 14 Feb 2020



10/19/2019

Dia, Kakak Kelasku

Dia kakak kelasku, di Sekolah Minggu. 
Saling tahu tapi tak saling kenal.
Setelah lulus SMA, kami hampir tidak pernah berkomunikasi apalagi bertatap muka. Kami berdua juga tinggal di kota berbeda setelah kelulusan itu. 

Kisah ini diawali dari seorang lelaki yang tiba-tiba hadir dikehidupanku awal tahun 2017. Aku panggil dengan nama Dia. 

"Hey, ikut ya!", ponsel pintar yang sedang kugenggam bergetar, memecahkan pikiranku saat sedang menyimak whatsapp group organisasi keagamaan yang anggotanya para remaja. Dua diantaranya, Aku dan Dia .
"Eh, iya ini aku lagi nyimak grup. Aku pikir-pikir dulu ya", dengan ragu aku menjawab. Cukup heran Aku dibuatnya. Setelah sekian lama tidak saling sapa tiba-tiba Dia menghubungiku.
"Yah kok gitu sih, ikut aja ya. Sekalian ajak teman-teman kamu", Dia terus membujuk.
       *sepuluh menit kemudian*
"Oke deh, aku ikut", dengan hambar aku membalas pesan Dia.
"Nah gitu dong, semangat seperti biasanya. Oke sampai ketemu ya!"

Setelah lulus SMA, kami berdua merantau. Aku di Jakarta, Dia di Jepang. Hingga pada akhirnya ada kesempatan dimana para remaja Sekolah Minggu dipertemukan lagi disebuah wadah organisasi keagamaan. Dia yang kutahu saat itu baru kembali ke Tanah Air setelah tiga tahun berkarir di negeri orang. Aku pun masih kuliah dan menetap di Jakarta. Aku niatkan untuk pulang ke daerah asalku untuk mengikuti kegiatan remaja Sekolah Minggu itu. Lalu, Aku bertemu Dia (lagi) setelah sekian tahun tidak saling komunikasi. 

Saat pertemuan itu, ternyata Dia sudah dekat dengan seorang perempuan yang belum kukenal. Sepertinya Ia anggota baru, atau mungkin Aku yang anggota baru? Ya, keputusanku merantau membuat Aku merasa asing saat kembali bergabung ke dalam komunitas ini. Banyak orang baru yang belum ku kenal. "Sepertinya, Aku harus segera beradaptasi nih atau Aku mundur aja ya? Mungkin gak ya aku bisa melebur dengan mereka teman-teman baru di komunitas ini?", dalam hati ku menerka situasi yang akan terjadi kedepannya. 

"Hi, kak! Apa kabar?", Aku mencoba menyapa Dia untuk mencairkan suasana hatiku yang cukup ragu dan canggung karena cukup lama tidak ada komunikasi dengan teman-teman Sekolah Mingguku dulu.
"Hi, akhirnya datang. Kabar baik. Kamu gimana?", Dia meresponku.
"Baik kak", jawabku seperlunya

Kegiatan pun berlangsung dengan lancar, Dia dengan kekasihnya, Aku dengan teman-teman lamaku mengenang kisah-kisah masa sekolah.

Waktu pun terus bergulir, semenjak pertemuan itu Aku dan Dia tidak berkomunikasi lagi. Di tanah rantau Aku disibukkan dengan seorang laki-laki yang cukup keras kepala tapi selalu ada untukku. Hal-hal itulah yang membentengi Aku dan Dia untuk tidak berkomunikasi. Dia dengan pasangannya, Aku dengan pasanganku. Saat itu. Tapi itu tidak membuatku canggung untuk tetap gabung dan bertemu dengan perkumpulan remaja Sekolah Mingguku. Uniknya, seiring dengan kegiatan yang kita lakukan bersama, Aku dan teman perempuan Dia menjadi lebih akrab dan sering mengikuti kegiatan keagamaan bersama. Hingga Aku pun tahu hubungannya dengan Dia sudah cukup serius dan saling didukung oleh keluarga kedua pihak. 


Tahun berikutnya, Januari 2018, Dia menghubungiku lagi. Namun kali ini berbeda, Dia lebih sering menghubungiku dan mengaku sudah tidak berhubungan dengan kekasinya yang dulu. Aku pun demikian, hubunganku dengan pasanganku dulu mulai merenggang hingga akhirnya kami memutuskan untuk mengakhiri hubungan itu. Anehnya, Aku gak ada rasa sama sekali dengan Dia meskipun kami berdua sudah cukup intens komunikasi dan bertemu. Intuisiku benar, hanya tiga bulan Dia menghubungiku. Dia hanya singgah, bukan untuk menetap. Tidak ada rasa kecewa atau pun sedih sama sekali yang Aku rasakan. Karena Aku tidak berharap banyak pada hubungan tersebut. Dia pun hilang. Tak ada komunikasi, tidak pernah lagi berkumpul dengan komunitas Sekolah Minggu. Aku tidak mempersoalkan itu. 

Enam bulan kemudian Dia hadir kembali dikehidupanku. Aku perhatikan siklusnya sama persis awal tahun 2018. Dia menghubungiku, ngajak ketemu lalu tukar cerita hingga senja. Namun tetap, rasa itu hambar. Intuisiku seakan berkata "Jangan terlalu banyak berharap. Dia hanya singgah, lalu akan pergi hingga waktu yang belum ditentukan". Boom! Benar intuisiku. Dua bulan berjalan, Dia pergi (lagi). Menghilang ditelan planet lain. Hingga akhirnya, Maret 2019 saat hari ulang tahunku Dia mengucapkan "Happy Birthday!". Aku menjawab seperlunya, karena masih ada rasa kecewa yang Dia sumbangkan tahun lalu. Aku biarkan begitu saja pesan-pesan yang selalu Dia kirimkan ke media sosialku. Berjalan dua bulan Dia masih berjuang menghubungiku dan mengajakku bertemu orang tuanya. Perasaan ini masih Aku jaga, Aku pertahankan pondasiku agar tidak runtuh seperti pengalaman sebelumnya. 

Pertengahan tahun 2019 Dia masih tetap sama, grafik yang Dia berikan cukup stabil bahkan meningkat hingga menunjukkan keseriusannya denganku. Satu hal yang masih Aku pikirkan, bagaimana dengan kekasihnya yang dulu kalau tahu Aku dan Dia memulai hubungan ini? Pikiran itu pun lebur, Dia yang selalu meyakinkanku kalau Dia benar-benar serius denganku. Aku pun luluh dan mencoba untuk membuka benteng pertahananku untuk Dia. Dengan hati-hati dan cukup cerdas Dia memasuki halaman wilayah pertahananku itu, hingga Aku membuka kunci pintu utama dalam ruang benteng dan saat ini pintu itu sudah Aku kunci kembali, tentu dengan suasana cukup berbeda. Ada Dia di dalam ruang benteng itu yang berjanji tidak akan keluar dari benteng pertahananku. Aku dan Dia pun berkomitmen untuk membuat pondasi yang lebih kuat dan lebih nyaman. Aku dan Dia lah yang menjalankan kehidupan selanjutnya dalam benteng itu.

Selamat membangun pondasi, meski terpaan angin selalu ada, semoga tetap kuat dan fokus dengan tujuan.

Sampai jumpa diperjalanan kehidupan Aku dan Dia selanjutnya.
Kita tidak akan pernah tahu dengan siapa kita akan bertemu dan hidup dimasa depan. Aku dan Dia sudah berjalan cukup jauh untuk mencari seseorang yang mau membangun pondasi kehidupan bersama-sama. Setelah sekian tempat disinggahi, ternyata tempat awal lah yang kami berdua pilih. Dia, kakak kelasku yang kini sedang berjuang bersama dengan Aku untuk membangun pondasi kehidupan masa depan.
Terima kasih.

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Cerita ini diadaptasi dari kisah seseorang (tokoh Aku) dengan pasangannya (tokoh Dia) yang saat ini sedang disibukkan dengan rencana-rencana kehidupan selanjutnya.


9/06/2019

Support System

Terima kasih sudah selalu ada saat ku curhat
sampai nangis-nangis menyelesaikan tugas akhir ini :')
Mohon maap yaa atas salah kata dan sikap
Wi, senyum dong || Kayak gimana?||
Liat sini deh *Yak! Tahan tawa pun dimulai 🤣*




Paling setia dan paling sabar, dampingiku sampai pakai toga

Ceriwis vs Pendiam
Suksma Bli De, yg paling sabar ngadepin keceriwisan aku selama ini
yg udah support dan luangin waktu buat bantu aku selesaikan tugas ini :)
Aylafuuuu pokoknya

9/05/2019

Perjalanan Sekolah Magister

4 Juli 2019 merupakan hari bersejarah dalam hidup saya. Penentuan hasil saya sekolah magister kurang lebih dua tahun di kampus yang saya impikan semenjak saya duduk dibangku SMP. Kesempatan untuk menjadi mahasiswa di universitas yang saya impikan ini berawal dari semenjak saya lulus SMA. Saya mencoba mengambil semua kesempatan yang ada di depan mata saya untuk bisa menjadi mahasiswa kampus impian ini. Dari mulai jalur PMDK (Penelusuran Minat dan Kemampuan), Bidik Misi, SNMPTN hingga ujian seleksi terpadu. Namun, satu persatu impian itu gugur setelah pengumuman hasil masing-masing jalur menyatakan saya belum bisa menjadi mahasiswa universitas negeri di tahun 2011, saat lulus SMA.

Rasa sedih dan kecewa pun tak bisa saya pungkiri. Saat itu saya merasa menjadi orang yang paling gagal karena belum bisa membuat orang tua saya bangga. Saya pun memutuskan untuk mendaftar di kampus swasta di tahun 2011. Lagi-lagi, saya membuat keputusan yang membuat orang tua saya sedikit kecewa. Terlepas dari rasa kecewa, orang tua saya tetap mendukung saya untuk tetap kuliah meski pun bukan di universitas negeri yang diinginkan, karena masih ada kesempatan ditahun ajaran berikutnya. Singkat cerita, saya pun menepati janji saya kepada orang tua saya untuk mengambil kesempatan kedua, yaitu mengikuti tes SNMPTN dan ujian seleksi terpadu dengan pilihan universitas dan program studi yang masih sama ditahun pertama saya lulus SMA. Namun, hasil yang diinginkan pun masih sama. Belum diterima.

Baiklah, saya pun menerima dengan lapang dada dan menyadari kalau kehidupan sekolah saya masih harus terus berjalan. Saya pun berusaha untuk mengubur impian saya itu dalam-dalam, dan kembali hidup dengan teman-teman kampus saya yang hingga saat ini mereka sudah saya anggap sebagai keluarga. Kehidupan perkuliahan hari demi hari membantu saya untuk lupa bahwa saya masih punya kesempatan untuk kuliah di universitas negeri impian saya. Setelah lulus sekolah sarjana tahun 2015, keinginan saya untuk sekolah di universitas negeri kembali hadir. Tanpa pikir panjang saya pun menguatkan tekad untuk kembali mengikuti tes ujian terpadu disemester ganjil universitas negeri impian saya itu. Namun, hasil yang saya peroleh masih sama. Belum diterima. Status saya saat ini adalah job seeker, akhirnya saya memutuskan untuk bekerja terlebih dahulu untuk mengumpulkan biaya kuliah. Tahun 2016, semester genap perkuliahan saya pun mencoba kembali tes ujian terpadu di universitas yang sama dan program studi yang sama. Dan.....hasilnya pun masih sama. Belum diterima. Saya pun memutuskan untuk fokus kerja. Tahun 2017, saya iseng untuk mengikuti ujian terpadu tanpa sepengetahuan orang tua saya dan tanpa persiapan yang matang. Seminggu sebelum ujian saya ditugaskan kantor saya saat itu untuk kegiatan di luar kota, hingga akhirnya saya kembali ke Jakarta dua hari sebelum ujian. Satu hari sebelum ujian saya manfaatkan untuk mereview soal-soal ujian tahun-tahun sebelumnya, dengan kondisi badan yang cukup lelah. Tapi, rasa lelah itu seakan hilang ketika saya berkhayal kalau saja saya benar-benar diberi kesempatan untuk bisa menjadi mahasiswa di kampus impian.

Sebulan kemudian, setelah ujian saya mencoba menguatkan hati saya untuk membuka website penerimaan mahasiswa, kondisinya saya baru saja mendarat dari luar kota karena tugas kantor. Tepat tanggal 2 Mei 2017, akhirnya website penerimaan mahasiswa bersahabat dengan saya. Terdapat sebuah kalimat yang menyatakan bahwa saya DITERIMA! Puji Tuhan setelah perjalanan dan penantian panjang, saya pun bisa merasakana bagaimana bahagianya bisa diterima di universitas negeri impian. Sore hari saat orang tua pulang kerja, secara spontan saya peluk orang tua saya dan saya ucapkan terima kasih banyak atas dukungan dan doanya selama ini. 


Akhirnya bisa foto depan gedung ini :')
28 Ags 2019, Gladi Bersih Wisuda


Rasa Karasa Pinrang

Mendengar kata Karasa, apa yang ada dipikiran pembaca?

Ini pengalaman saya circa Oktober 2017 saat kunjungan kerja ke daerah di Sulawesi Selatan tepatnya di Kabupaten Pinrang. Masyrakat di sana menerima baik kedatangan saya dan rekan kerja saya. Kami diberi kesempatan untuk mengunjungi tempat pembuatan cemilan khas Pinrang, Karasa.

Tepung beras dijemur (Dok. Pribadi)
Informasi yang saya dapat, Karasa merupakan kue utama yang disajikan oleh warga Kecamatan Cempa, Kabupaten Pinrang untuk para tamu yang datang. Kue ini sudah ada dari puluhan tahun lalu, cicra tahun 80. Bahan dari kue Karasa ini cukup sederhana yaitu dari tepung beras dan gula merah. Tidak heran saat kita mencobanya rasanya begitu manis namun sangat cocok untuk temang kopi atau teh. Warga setempat cukup baik memanfaatkan hasil pertaniannya, salah satunya dengan membuat cemilan dari tepung beras.  Berikut saya bagikan dokumentasi pembuatan Karasa:


Mengolah tepung beras dengan gula merah (Dok. pribadi)

Cara menggoreng adonan (Dok. Pribadi)




8/13/2019

Hello, My ❤





Hello, my love!
I’ve been searching for someone like you
For most my life
Happiness ain’t a thing I’m used to
You could have fallen hard for anyone
Plenty of fish in the sea, hey now
For all of time, now I know
It’s just my angel and me




Tempat terkuat dan ternyaman untuk bersandar adalah:
🗸 keluargaku
🗸 bahu Bli 'De ku 🤣






6/19/2019

Pulang

Kapal itu telah berlayar cukup jauh
Berlabuh ke berbagai tempat
Hendak mencari pelabuhan yang layak
Sesekali Ia singgah barang sejenak
Lalu, berlayar kembali

Sekian ribu miles jarak yang sudah dilalui
Beribu hari telah terlewati
Namun, Ia tak kunjung tampak
Mungkin juga sudah tak sudi untuk singgah di tempat usang ini
Ia lebih memilih untuk singgah di pelabuhan tua yang menurutnya lebih layak
Namun, ternyata Ia singgah hanya sejenak
Lalu, berlayar kembali

Dan menghilang dari radar bumi

Tak disangka esok hari Ia kembali
Dan memilih tempat ini untuk Ia singgahi
Pelabuhan usang yang awalnya Ia ragukan
Kini Ia singgah dengan meyakinkan

Terima kasih telah memilih untuk pulang
Karena di sinilah pelabuhan yang kau butuhkan dan inginkan

Selamat datang, semoga kau nyaman. :)

TM 💙
Depok
Juni 2019

5/21/2019

💙

He knows how to treat his family. 
He knows how to be a friend. 
He is a lover at heart. 
I'm in love with it.  
💙

Jakarta
TM, 2019

1/02/2019

2018

Setiap pertemuan pasti akan ada perpisahan.
Malam diakhir 2018 dan awal 2019, saat lepas sambut tahun.

Hi, para pembaca blog saya. Selamat Tahun Baru 2019!

31 Desember 2018 adalah hari dimana seluruh warga di bumi ini bersiap menyambut tahun 2019.
Hari terkakhir dipenghujung tahun 2018.

Banyak sekali pelajaran yang saya terima di tahun 2018, mulai dari pekerjaan, pendidikan, asmara, hingga kehidupan sosial lainnya. Kalau digambarkan dengan grafik, mungkin keadaan lahir dan batin saya naik turun, tidak stabil. Saya mau flashback apa yang saya alami disepanjang tahun 2018 sebagai bahan renungan dan perbaikan diri.

Pekerjaan
Awal tahun 2018, saya masih melanjutkan karir saya sebagai seorang asisten tenaga ahli dari luar negeri yang bekerja di Tanah Air. Sebelumnya (Okt-Des 2017) saya sudah mulai bekerja di tempat ini dan ternyata kontrak saya diperpanjang hingga saat ini. Di tempat ini saya sangat senang sekali, karena memperoleh banyak ilmu dan banyak belajar dari atasan saya. Sebagai informasi saya bekerja di sektor pertanian, tapi saya berlatar belakang Sastra. Sangat bertolak belakang memang, tapi saya menikmati ini semua sebagai rasa syukur saya kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang memberikan saya kesempatan untuk belajar berbagai ilmu tidak hanya di bidang sastra. Karena sebelumnya saya pernah bekerja sebagai medical event organizer (EO) di salah satu perusahaan yang cukup kompetitif di Jakarta. Di perusahaan ini saya mempelajari dua bidang sekaligus, bidang kedokteran serta bidang per-EO-an. Dan di penghujung tahun 2017 hingga 2018 saya mempelajari bidang pertanian. Di tempat saya saat ini, saya berkesempatan untuk berkomunikasi dengan banyak orang asing. Saya merasa sangat ditempa di tahun 2018 ini. Saya dituntut untuk bisa mengikuti ritme bekerja dengan orang asing namun di sisi lain saya juga harus paham bagaimana harus menempatkan diri. Karena saya ditempatkan di kantor pemerintahan Indonesia. Saya dituntut untuk bisa menyeimbangkan budaya bekerja antara budaya luar dan budaya Indonesia. Seiring berjalannya waktu saya mulai bisa beradaptasi dengan keduanya, saya berusaha untuk bisa menempatkan diri dan menghormati para senior saya di sini. Meskipun ada saja rekan kerja yang kurang sepaham. Itu hal biasa! dan di taun 2019 ini saya pun masih melanjutkan karir saya di tempat ini. :) 

Pendidikan
Memasuki semester ke-2 di awal tahun 2018, jadwal kuliah semakin padat merayap. Belum lagi tugas-tugas yang diberikan. Senin-Jumat jadwal kuliah saya full. Pulang kerja, saya lanjut ke kampus. Itu pun kalau tidak ada lembur dari kantor. Kalau lembur atau mungkin tugas luar kota, dengan sangat terpaksa saya harus izin tidak hadir perkuliahaan. Astungkara saya sudah terbiasa dengan aktifitas seperti ini dari awal semester 1. Kalau diperhatikan ini cukup menguras tenaga dan pikiran, karena lokasi kampus saya yang berada di Salemba dan tempat tinggal saya di Depok namun saya bekerja di daerah Pasar Minggu. Senyumin aja shaaay! Hahahaha

Melangkah di semester 3, jadwal kuliah sudah cukup ringan hanya 2 kali dalam seminggu namun ada tugas spesial; konferensi dan tugas akhir! Dang! Selamat menikmati :)

Namun saya tetap bersyukur, karena saya berkesempatan kuliah di kampus yang saya inginkan semenjak lulus SMA. Setelah mengalami jatuh bangun tes ujian masuk di kampus terbesar di Indonesia. Ini semua berkat doa dan dukungan orang tua. *sungkem sama bapak dan ibu
Saat ini, saya sedang melanjutkan perjuangan tugas akhir. Mohon doa dari para pembaca yang saya hormati agar saya bisa menyelesaikan perkuliahaan ini di semester ke-4. Menurut kalendar akademik kampus tercinta, penyerahan tugas akhir dijadwalkan bulan Maret untuk tahap I dan bulan Juni untuk tahap II. Dengan kuasa Ida Sang Hyang Widhi Wasa dan usaha yang saya lakukan semoga bisa terselesaikan di bulan Juni 2019 ini. Om Svaha!

Asmara
Nah ini! Kalau udah bahas ini semua rasa campur aduk deh. Dari mulai menjalin komunikasi biasa sama teman hingga komunikasi intens tapi lalu menghilang dengan jurus handal sampai gak tau itu kabarnya gimana; ada yang hanya mampir saja karena mungkin ybs merasa kesepian dan membutuhkan teman spesial, eh gak taunya malah dekat sama cewek lain juga. *Iya hati ini bak pelabuhan Gilimanuk kok. Santai aja; ada juga yang main-main, muncul-hilang-muncul (lagi)-hilang (lagi) kayak sinyal 4G di daerah pedalaman; ada yang udah deket banget setelah sekian ribu purnama akhirna dipertemukan eh karena kesalahan yang gak bisa ditoleransikan akhirnya kandas bak ombak yang menghantam bongkahan karang di tepi pantai. Jadikan semua ini pelajaran, biar kuat mental, lebih peka. As we grow up, we learn that even the one person that was not supposed to ever let us down! They just teach us how to share, to care, to love with their own way.  (: 

Ah, banyak deh tingkah laku para lelaki yang hadir di tahun 2018. Saya sangat mengapresiasi mereka yang telah hadir, banyak pelajaran yang saya dapat dari mereka. Mulai dari pengenalan watak, tingkah laku, pola pikir, sampai kehidupan sosialnya. Tak dipungkiri rasa sakit pasti ada, tapi masa iya mau terus-terusan? Gak toh? Yasudah saya ikhlaskan dan lapangkan saja pikiran serta perasaan ini agar lebih rasional karena untuk mencari teman hidup itu tidak semudah seperti di sinteron "0r4ng ke-3". Ya, siapa tahu di tahun 2019 ini akan benar hadir sosoknya. Mungkin saja kamu yang baca ini?  *eh hahaha. Becanda gengs! 

Kehidupan Sosial
Karena saya berkesempatan untuk bertemu banyak orang diberbagai kalangan dan dari berbagai negara di tahun 2018, saya banyak bersosialisasi dengan mereka untuk urusan pekerjaan, pendidikan atau bahkan hanya untuk menjalin komunikasi pertemanan. Mempelajari budaya satu sama lain dan belajar menghargai.

Terima kasih 2018, semoga di tahun 2019 akan lebih baik lagi dan mengagumkan!

Salam.

TM



7/27/2018

Senja Bersama Purnama

Sunyi merdu membalut Senja
Meraih rindu untuk jumpa
Pada Purnama melalui kata
Tersebut nama setiap doa

Purnama,
Hadirmu memberikan cahaya
Mengantarkan lara kembali ke tempat persembunyiannya

Purnama,
Senja dulu sunyi, kini kembali bernyanyi
Terima kasih hadirmu penuh arti
Tak ragu lagi untuk saling mengasihi

-TM-
Jakarta, 27 Juli 2018
Purnama Karo


7/24/2018

Sugarplum

Dear Sugarplum,

Thank you for being my friend, my brother, my teacher and my inspirator.
We know each other for a long time as a friend.
But now, day by day you look so different.
Not only your act but also your mind.
You told me that your home with someone else was broke.
You came to me by then.
But...you were gone with no reason and we did not talk for [almost] a year.
While you are away, I thought that you were looking for a new home.
So, I let you go.

A year later,
You came to me for the second time.
You said that you need "me time".
I understood.
You tried to make a new story with me by then.
I knew that. I felt that.
And this time, you are still beside me.
Thank for your time, I know you are a busy busy man.
We can build a new home for you, for me, for us.
I really appreciate that!

Jakarta, July 21, 2018


6/28/2018

Sukma

Raga ini boleh lelah,
Namun jiwa tak boleh nyerah.

Pernah merasa ingin selalu ada disamping orang yang disayang?
Kalau hanya satu orang tidak masalah, kalau banyak?

Sukma merasa lelah disituasi yang demikian,
satu sisi dia ingin selalu berada dekat dengan keluarga,
sisi lain Ia ingin selalu menemani sang pujaan hati yang sedang berjuang meraih cita-cita,
dan juga sahabat-sahabat terkasih yang sudah lama tak bersua.
Jarak dan waktu bukan penghalang.
Sukma tetap berusaha dan bersedia mengorbankan waktu agar dapat bertemu dengan mereka.

Suatu ketika raga Sukma merasa lelah, namun Ia tetap percaya ini semua tidak akan sia-sia.
Jiwa ini tidak boleh sakit, meski kerikil tajam menghampiri.

Dispertiga malam, Sukma menyampaikan pesan melalui doa:
Teruntuk keluarga,
Terima kasih selalu ada.
Semoga panjang umur, sehat dan bahagia.

Teruntuk kekasih,
Terima kasih telah hadir.
Semoga panjang umur dan sehat selalu.
Raih bintang itu, doaku menyertaimu.

Teruntuk sahabat,
Terima kasih telah menerimaku sebagai sahabatmu.
Sehat dan sukses selalu.


Sukma,
28 Juni 2018