-Hujan mengingatkan Sinta kepada
Rawana-
Suara merdu hujan menemaniku di
kesepian ini. Awalnya aku bersahabat dengan hujan, namun saat ini keadaan
berbalik. Aku begitu tidak menyukai hujan. Karena saat hujan, aku merasa dunia
ini menjadi hening seketika. Aku tahu suara hujan itu merdu, tapi aku merasa
kemerduan hujan mengantarkanku ke tempat yang begitu sepi. Didalam keramaian
aku masih merasa sepi. Entah mengapa.
Teringat saat aku dan kamu
melewati hujan dengan canda tawa dan suara kamu yang khas memanjakanku. Aku
rindu hal itu. Sungguh. Kamu yang mengkhawatirkan aku karena pakaianku yang
basah tersiram oleh derasnya hujan, menwarkan sweater merah kesayanganmu
untukku. Aku menolaknya. Aku tahu, saat itu kamu lebih membutuhkan sweater itu.
Moment berbagi cerita antara
pengalamanku dan pengalamanmu, ditemani tangisan awan yang manja jatuh ke bumi,
gerimis romantis. Kamu pun memelukku dengan manja, seakan kamu tidak ingin
kalah dengan gerimis itu. Indah. Alunan musik dalam play list yang ada di
mobilmu menambahkan bumbu-bumbu keromantisan kita. Andaikan aku seperti Tuhan,
rasanya aku ingin kembali kemasa-masa itu. Masa dimana aku dan kamu masih
menjadi kita. Saat-saat dimana aku tidak merasakan dinginnya hujan. AC dalam
mobil itu pun aku sama sekali tidak merasakannya. Hangat. Dalam pelukkanmu aku
merasa, ada malaikat tak bersayap yang Tuhan kasih kepadaku.
Dan kenangan yang sangat aku
simpan baik-baik dalam ingatan ini adalah saat kita berdoa bersama di rumah
Tuhan dan saat itu pula gerimis menghampiri kita. Seakan ia menyambut kita
dalam damai. Aku melihat disekitarku basah oleh hujan. Kita berdoa setelah
hujan berhenti, seakan memberikan kesempatan untuk kita berdoa. Bau tanah
setelah hujan mempunyai kesan agar kita lebih menikmati tempat itu dan lebih konsentrasi
mengucapkan kalimat suci untuk Yang Maha Kuasa. Iya, moment ini yang aku
tunggu. Bisa dibilang ini salah satu impianku, berdoa bersama orang yang aku
sayang.
Rawana benar-benar menjadi
selimutku, dulu.
Saat ini, ketika hujan turun, rasanya
aku ingin berlari sejauh mungkin untuk menghindar dari hujan. Karena, aku
merasa hujan akan membawaku kepada masa laluku, Rawana. Aku takut saat hujan
turun, aku beku kedinginan karena sudah tidak ada lagi kehangatan yang Rawana
berikan kepadaku. Cukup hatiku saja yang beku. Jangan biarkan jiwa dan raga ini
beku bersama hujan.
No comments:
Post a Comment