12/19/2013

Hangatnya Hujan



-Hujan mengingatkan Sinta kepada Rawana-

Suara merdu hujan menemaniku di kesepian ini. Awalnya aku bersahabat dengan hujan, namun saat ini keadaan berbalik. Aku begitu tidak menyukai hujan. Karena saat hujan, aku merasa dunia ini menjadi hening seketika. Aku tahu suara hujan itu merdu, tapi aku merasa kemerduan hujan mengantarkanku ke tempat yang begitu sepi. Didalam keramaian aku masih merasa sepi. Entah mengapa. 

Teringat saat aku dan kamu melewati hujan dengan canda tawa dan suara kamu yang khas memanjakanku. Aku rindu hal itu. Sungguh. Kamu yang mengkhawatirkan aku karena pakaianku yang basah tersiram oleh derasnya hujan, menwarkan sweater merah kesayanganmu untukku. Aku menolaknya. Aku tahu, saat itu kamu lebih membutuhkan sweater itu.

Moment berbagi cerita antara pengalamanku dan pengalamanmu, ditemani tangisan awan yang manja jatuh ke bumi, gerimis romantis. Kamu pun memelukku dengan manja, seakan kamu tidak ingin kalah dengan gerimis itu. Indah. Alunan musik dalam play list yang ada di mobilmu menambahkan bumbu-bumbu keromantisan kita. Andaikan aku seperti Tuhan, rasanya aku ingin kembali kemasa-masa itu. Masa dimana aku dan kamu masih menjadi kita. Saat-saat dimana aku tidak merasakan dinginnya hujan. AC dalam mobil itu pun aku sama sekali tidak merasakannya. Hangat. Dalam pelukkanmu aku merasa, ada malaikat tak bersayap yang Tuhan kasih kepadaku.

Dan kenangan yang sangat aku simpan baik-baik dalam ingatan ini adalah saat kita berdoa bersama di rumah Tuhan dan saat itu pula gerimis menghampiri kita. Seakan ia menyambut kita dalam damai. Aku melihat disekitarku basah oleh hujan. Kita berdoa setelah hujan berhenti, seakan memberikan kesempatan untuk kita berdoa. Bau tanah setelah hujan mempunyai kesan agar kita lebih menikmati tempat itu dan lebih konsentrasi mengucapkan kalimat suci untuk Yang Maha Kuasa. Iya, moment ini yang aku tunggu. Bisa dibilang ini salah satu impianku, berdoa bersama orang yang aku sayang.

Rawana benar-benar menjadi selimutku, dulu.

Saat ini, ketika hujan turun, rasanya aku ingin berlari sejauh mungkin untuk menghindar dari hujan. Karena, aku merasa hujan akan membawaku kepada masa laluku, Rawana. Aku takut saat hujan turun, aku beku kedinginan karena sudah tidak ada lagi kehangatan yang Rawana berikan kepadaku. Cukup hatiku saja yang beku. Jangan biarkan jiwa dan raga ini beku bersama hujan.

No comments:

Post a Comment