Tidak sedikit orang yang suka akan makanan ini, gorengan. Saya
termasuk orang yang menyukai gorengan. Ketika saya masih tinggal di rumah
bersama orang tua, saya biasa membuat gorengan sendiri. Namun, saat ini saya
sudah jarang tinggal di rumah dan akhirnya saya memutuskan untuk membeli
gorengan yang berada tidak jauh dari kampus saya. Mungkin, tukang gorengan ini
menjadi langganan saya. Awalnya saya ragu untuk membeli gorengan karena
maraknya berita yang menyebutkan gorengan yang renyah digoreng dengan bungkus plastik.
Tetapi, saya sudah cukup lama berlangganan dengan tuka gorengan ini, dan saya
tidak merasakan apa-apa pada tenggorokan saya.
Suatu hari, tukang gorengan yang biasa saya beli tidak
berjualan. Namun rasanya saat itu saya
ingin sekali memakan gorengan . Akhirnya, saya memutuskan untuk membeli
gorengan yang saya temui saat itu juga dan tukang gorengan ini memang sering
berjualan ditempat itu. Rasanya pun enak dan renyah. Tapi, keesokkan harinya
saya merasa tenggorokkan saya sakit dan gatal.
Saya pun penasaran dengan tukang gorengan yang baru saja
saya beli. Beberapa hari kemudian, Saya kembali lagi ke tukang gorengan
tersebut. Tanpa disengaja saya melihat tukang gorengan tersebut menggoreng
mnggunakan plastik dan minyak goreng yang digunakan adalah minyak goreng
kemarin.
Saya : “Bang,
beli gorengannya yaa”. (Melihat tukang gorengan yang sedang menggoreng tempe)
Tukang Gorengan : (Menggoreng tempe dengan plastik ditangan)
“Iya neng, mau apa aja ?”
Saya : “Tempe,
pisang, tahu lima ribu ya bang.”
Tukang Gorengan : “oh iya neng, sok ambil aja” (Menuangkan
minyak yang sudah berwarna kecoklatan)
Saya : “ini ya
bang uangnya, makasih bang. (memberikan uang ke tukang gorengan, lalu pergi
dengan hasrat ingin langsung membuang gorengan yang saya beli tersebut). Oh jadi ini yang membuat tenggorokkan saya sakit".
Alangkah baiknya, pedagang itu jujur agar benar-benar
menarik pembeli bukan karena kecurangan yang ia berikan, namun, keahlian mereka
dalam meracik bumbu gorengan sehingga banyak pembelinya.