4 Juli 2019 merupakan hari bersejarah dalam hidup saya. Penentuan hasil saya sekolah magister kurang lebih dua tahun di kampus yang saya impikan semenjak saya duduk dibangku SMP. Kesempatan untuk menjadi mahasiswa di universitas yang saya impikan ini berawal dari semenjak saya lulus SMA. Saya mencoba mengambil semua kesempatan yang ada di depan mata saya untuk bisa menjadi mahasiswa kampus impian ini. Dari mulai jalur PMDK (Penelusuran Minat dan Kemampuan), Bidik Misi, SNMPTN hingga ujian seleksi terpadu. Namun, satu persatu impian itu gugur setelah pengumuman hasil masing-masing jalur menyatakan saya belum bisa menjadi mahasiswa universitas negeri di tahun 2011, saat lulus SMA.
Rasa sedih dan kecewa pun tak bisa saya pungkiri. Saat itu saya merasa menjadi orang yang paling gagal karena belum bisa membuat orang tua saya bangga. Saya pun memutuskan untuk mendaftar di kampus swasta di tahun 2011. Lagi-lagi, saya membuat keputusan yang membuat orang tua saya sedikit kecewa. Terlepas dari rasa kecewa, orang tua saya tetap mendukung saya untuk tetap kuliah meski pun bukan di universitas negeri yang diinginkan, karena masih ada kesempatan ditahun ajaran berikutnya. Singkat cerita, saya pun menepati janji saya kepada orang tua saya untuk mengambil kesempatan kedua, yaitu mengikuti tes SNMPTN dan ujian seleksi terpadu dengan pilihan universitas dan program studi yang masih sama ditahun pertama saya lulus SMA. Namun, hasil yang diinginkan pun masih sama. Belum diterima.
Baiklah, saya pun menerima dengan lapang dada dan menyadari kalau kehidupan sekolah saya masih harus terus berjalan. Saya pun berusaha untuk mengubur impian saya itu dalam-dalam, dan kembali hidup dengan teman-teman kampus saya yang hingga saat ini mereka sudah saya anggap sebagai keluarga. Kehidupan perkuliahan hari demi hari membantu saya untuk lupa bahwa saya masih punya kesempatan untuk kuliah di universitas negeri impian saya. Setelah lulus sekolah sarjana tahun 2015, keinginan saya untuk sekolah di universitas negeri kembali hadir. Tanpa pikir panjang saya pun menguatkan tekad untuk kembali mengikuti tes ujian terpadu disemester ganjil universitas negeri impian saya itu. Namun, hasil yang saya peroleh masih sama. Belum diterima. Status saya saat ini adalah job seeker, akhirnya saya memutuskan untuk bekerja terlebih dahulu untuk mengumpulkan biaya kuliah. Tahun 2016, semester genap perkuliahan saya pun mencoba kembali tes ujian terpadu di universitas yang sama dan program studi yang sama. Dan.....hasilnya pun masih sama. Belum diterima. Saya pun memutuskan untuk fokus kerja. Tahun 2017, saya iseng untuk mengikuti ujian terpadu tanpa sepengetahuan orang tua saya dan tanpa persiapan yang matang. Seminggu sebelum ujian saya ditugaskan kantor saya saat itu untuk kegiatan di luar kota, hingga akhirnya saya kembali ke Jakarta dua hari sebelum ujian. Satu hari sebelum ujian saya manfaatkan untuk mereview soal-soal ujian tahun-tahun sebelumnya, dengan kondisi badan yang cukup lelah. Tapi, rasa lelah itu seakan hilang ketika saya berkhayal kalau saja saya benar-benar diberi kesempatan untuk bisa menjadi mahasiswa di kampus impian.
Sebulan kemudian, setelah ujian saya mencoba menguatkan hati saya untuk membuka website penerimaan mahasiswa, kondisinya saya baru saja mendarat dari luar kota karena tugas kantor. Tepat tanggal 2 Mei 2017, akhirnya website penerimaan mahasiswa bersahabat dengan saya. Terdapat sebuah kalimat yang menyatakan bahwa saya DITERIMA! Puji Tuhan setelah perjalanan dan penantian panjang, saya pun bisa merasakana bagaimana bahagianya bisa diterima di universitas negeri impian. Sore hari saat orang tua pulang kerja, secara spontan saya peluk orang tua saya dan saya ucapkan terima kasih banyak atas dukungan dan doanya selama ini.
Akhirnya bisa foto depan gedung ini :') 28 Ags 2019, Gladi Bersih Wisuda |
No comments:
Post a Comment